vfVhymenUzKJZBtuc4xcn47AG410gaBoiC4BEUGo
Bookmark

Menghidupkan Setting Tanpa Harus Mendatangi Tempatnya? Bisa, Kok!

Apa Itu Setting?

Pengertian setting atau bisa juga disebut latar adalah salah satu elemen penting pembangun cerita fiksi. Ibarat sebuah pertunjukan drama, setting adalah panggungnya. Setting biasanya dibagi ke dalam tiga hal, yaitu tempat, waktu dan suasana.

Pada beberapa cerita fiksi yang ditulis oleh penulis pemula, terkadang setting, khususnya setting tempat,  tidak terlalu menjadi perhatian. Setting hanya dimunculkan sebagai ‘tempelan’ yang jika dipindah tidak terlalu banyak memberikan pengaruh. Padahal, cerita yang kita tulis bisa lebih hidup jika kita mampu menghidupkan setting itu.

Setting tempat memiliki karakter budaya dan sosial tersendiri yang melekat padanya. Misalnya setting pasar tradisional, biasanya memiliki ciri-ciri area yang ramai, sebagian ada yang kumuh, dengan orang-orang yang cenderung keras dan kasar dalam berkata-kata. Maka, tentu saja, dialog orang pasar tentu berbeda dengan dialog orang kantoran. Nah, untuk bisa menghidupkan setting tempat ini, setidaknya ada dua cara yang bisa kita lakukan.

Cara Menghidupkan Setting

Pertama, melakukan riset tempat. Kita akan lebih mudah mendeskripsikan setting tempat dalam cerita yang kita buat jika kita pernah berkunjung atau tinggal di tempat tersebut. Kearifan lokal dan karakter khas tempat tersebut akan bisa kita hidupkan karena kita sendiri yang melihat dan mengalaminya. Tapi tentu saja kita memiliki keterbatasan waktu dan biaya untuk mendatangi tempat-tempat yang ingin kita jadikan setting dalam cerita kita, apalagi jika kita mengambil setting di luar negeri. Nah, jangan khawatir! Kita masih bisa menghidupkan setting dengan melakukan riset lewat teman yang pernah mendatangi tempat itu atau juga lewat internet. Apalagi saat ini begitu mudah kita dapatkan informasi tentang tempat tersebut. Bisa melalui website beberapa perusahaan trip and travel, melalui blog atau vlog dari beberapa youtuber yang sering menyajikan pengalamannya berlibur, atau dari sumber-sumber lain.

Kedua, setting bisa kita hidupkan dengan menciptakan setting imajiner kita sendiri. Kita buat sendiri nama kota, nama jalan, sejarahnya, tata ruang dan sebagainya. Namun yang perlu diingat, meskipun sifatnya imajiner, kita harus tetap memerhatikan unsur keterikatan dan sebab akibatnya. Tidak mungkin kita membuat kota imajiner di daerah Kalimantan yang tiap harinya diselimuti salju, sedangkan daerah Kalimantan memiliki iklim tropis. Benar, bukan?

Nah, itulah dua cara yang bisa kita lakukan untuk menghidupkan setting tempat pada cerita fiksi yang kita buat. Tentu masing-masing penulis akan menemukan cara lain yang tak kalah seru dan mudah. Intinya, masalah setting dalam cerita yang kita buat haruslah kita rancang dengan serius, agar tidak hanya sekadar tempelan dan cerita yang kita buat lebih berkualitas dan hidup. Selamat berkarya! (*)

Sumber foto: Google

0

Posting Komentar